Nationalgeographic.co.id—Pada musim semi 1806, Sultan Selim III ingin memodernisasi militernya dengan seragam baru dan teknik bertarung ala Eropa. Reformasi ini membuat yanisari tersingkir. Yanisari adalah pasukan elite Kekaisaran Ottoman yang sudah berjuang selama berabad-abad. Menolak untuk disingkirkan, pasukan elite yanisari pun memberontak. Pemberontakan ini dilakukan dengan cara unik, yaitu membalikkan kuali raksasa di depan rakyat.
Bagi korps, yang tradisinya seputar makanan, membalikkan kazan atau kuali raksasa sama saja dengan deklarasi pemberontakan.
Yanisari, kekuatan tempur yang paling ditakuti di Eropa
Selama berabad-abad, yanisari telah menjadi salah satu kekuatan tempur yang paling ditakuti di Eropa. Dilatih sebagai infanteri sejak muda, tentara yanisari yang menerobos Tembok Konstantinopel pada tahun 1453. Pasukan ini menghancurkan ksatria Hungaria pada Pertempuran Mohacs pada tahun 1526.
“Mereka adalah tentara modern, jauh sebelum Eropa beraksi bersama,” kata Virginia H. Aksan, profesor emeritus sejarah di Universitas McMaster. Saat itu, Eropa masih berkeliaran dengan kuda dan ksatria yang hebat, besar, dan berat.
Yanisari dilengkapi dengan seragam yang indah. Bunyi genderang menggelegar mengiringi kehadiran mereka di depan musuh. “Mereka menyebabkan teror dan sumber kekaguman bagi Barat,” tulis sejarawan Gilles Veinstein.
Otoritas kekaisaran mengambil anak laki-laki dari keluarga Kristen di seluruh Kekaisaran Ottoman sebagai semacam pajak. Sistem ini kemungkinan dibuat oleh Sultan Murad I pada abad ke-14. Anak laki-laki itu menjalani pelatihan ketat sebagai pemanah dan kemudian sebagai penembak.
Anak laki-laki yang bergabung dianggap sebagai anak sultan. Yang terbaik dari yang terbaik naik ke posisi pengaruh dan memiliki kekuasaan dalam birokrasi Ottoman. Namun, catatan Veinstein, yanisari bisa menjadi bahaya bagi penguasa Ottoman. Jika seorang sultan mengusik mereka, yanisari akan memberontak.
Kuali kazan dan makanan, simbol penting bagi yanisari
Sinyal pemberontakan mereka adalah membalikkan kuali besar mereka atau kazan. Membalikkan kuali besar mungkin tampak seperti cara konyol untuk memulai pemberontakan. Tapi untuk yanisari, kazan dan makanan pada umumnya adalah simbol yang kuat. Menerima makanan sultan adalah tanda kesetiaan dan dedikasi kepadanya, tulis sejarawan Ottoman Amy Singer. Makan dari kazan membantu menciptakan solidaritas kelompok.
Kazan juga memiliki makna spiritual. Salah satu legenda menyatakan bahwa Haci Bektas Veli mendirikan yanisari. Ia menyajikan sup dari kuali suci. Yanisari sering menjadi anggota ordo Bektashi, dan bagi Bektashi, perapian dan rumah adalah suci.
Digunakan untuk upacara Bektashi, kuali memiliki makna yang sama dengan yanisari.
Setiap tiga bulan, ketika yanisari mendapatkan gaji, mereka diarak ke Istana Topkapi, di mana mereka juga menerima sup, pilaf, dan puding kunyit. Setiap tahun selama Ramahan, yanisari berbaris ke dapur istana dalam Prosesi Baklava untuk menerima banyak makanan manis.
Jauh sebelum membalikkan kuali, setiap keragu-raguan untuk menerima makanan dari sultan adalah peringatan bahwa resimen berada di ambang pemberontakan.
Yanisari juga mengadopsi gelar seperti juru masak. Sersan mereka, anggota berpangkat tertinggi dari setiap korps, adalah çorbacı, atau juru masak sup. Menurut Aksan, pasukan yanisari disebut sebagai ocak yang berarti perapian.
“Itu berasal dari anggapan bahwa mereka adalah putra sultan,” katanya. “Anda memiliki rumah tangga dan yanisari adalah bagian penting dari itu.”
Perubahan pada yanisari
Pada awal abad ke-16, yanisari berjumlah sekitar 20.000. Jumlah itu terus meningkat. Namun yanisari perlahan kehilangan kekuatan sebagai kekuatan tempur. Penarikan anak laki-laki juga dihapuskan pada tahun 1638.
Perlahan, larangan pernikahan juga memudar. Putra-putra yanisari diizinkan masuk ke barisan. Tidak lama kemudian, warga negara bebas berlomba untuk bergabung. Yanisari pun menjalankan bisnis sambil tetap mengharapkan bayaran dari sultan. Seperti yang dicatat Aksan dalam Oxford Companion to Military History, pada akhir abad ke-17, jumlah mereka telah membengkak menjadi hampir 80.000. Pada tahun 1800 gulungan yanisari berisi hampir 400.000 nama. Pada saat itu gelar yanisari hampir tidak ada artinya.
Namun celakalah para sultan yang mencoba mengganti yanisari. Yanisari tidak pernah menghargai upaya apa pun dan pemberontakan bisa menghancurkan. Terlepas dari kesetiaan mereka yang dibanggakan, yanisari menggulingkan beberapa sultan. Itu dimulai dengan pembunuhan Osman II pada tahun 1622.
Baca Juga: Istana Dolmabahçe Jadi Saksi Sejarah Ottoman Menuju Republik Turki
Baca Juga: Rahasia Gelap Kekaisaran Ottoman, Ada Tradisi Pembunuhan Saudara
Baca Juga: Gairah Sepak Bola di Kekaisaran Ottoman Lahir dari Bangsa Asing
Baca Juga: Bagaimana Waktu Ramadan Ditentukan di Era Kekaisaran Ottoman?
Saat itu, Osman II berencana untuk membubarkan yanisari. Ia mengharapkan terjadinya pemberontakan agar punya alasan untuk membubarkan yanisari. Pertama, Osman II menutup kedai kopi tempat yanisari berkumpul. Bangkit dalam pemberontakan, yanisari pun membunuhnya.
Selim III dipaksa turun dari tahtanya oleh yanisari dan kemudian dibunuh. Pada akhirnya, yanisari menjadi seperti garda praetoria di Kekaisaran Romawi. “Pemberontakan adalah hak istimewa mereka,” kata Aksan, “dan sultan harus menenangkan mereka.”
Aksan menyebut yanisari sebagai ikon utama masa kejayaan Kekaisaran Ottoman. Tetapi karena mereka kalah dalam pertempuran di seluruh Eropa dan menjadi lebih sulit diatur, baik sultan maupun masyarakat pun muak.
Sultan Mahmud II berusaha untuk memodernisasi pasukan militernya. Ia memiliki solusi brutal untuk membubarkan yanisari pada tahun 1826. Lalu yanisari membalikkan kuali mereka saat fajar tanggal 15 Juni, tetapi sultan telah merencanakan sebelumnya. Dia menghancurkan barak yanisari dengan artileri. Yanisari yang selamat kemudian diasingkan dan dieksekusi. Itu adalah akhir yang memalukan bagi putra-putra sultan Kekaisaran Ottoman.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR