Nationalgeographic.co.id—Seorang Kaisar Tiongkok memiliki beberapa nama yang berbeda. Bagi yang tidak terbiasa dengan budaya di era Kekaisaran Tiongkok, mereka mungkin bingung saat membaca tentang sejarah Kaisar Tiongkok. Misalnya Kaisar Qianglong dari Dinasti Qing memiliki nama Aixinjueluo Hongli, Gao Zong, dan Chun Huangdi. Mengapa Kaisar Tiongkok memiliki beberapa nama yang berbeda?
Sistem penamaan di zaman Kekaisaran Tiongkok
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita perlu memahami sistem penamaan Tiongkok kuno secara singkat.
Secara umum, orang Tiongkok memiliki nama lengkap saat lahir termasuk nama keluarga dan nama kecil. Setiap nama kecil memiliki arti tertentu.
Orang-orang dari kalangan menengah ke atas akan memiliki nama gaya atau nama kesopanan ketika mereka tumbuh dewasa.
Nama gaya diberikan oleh orang tua yang dihormati dan selalu memiliki penjelasan atau tambahan arti dari nama kecilnya.
Nama kecil hanya digunakan atau dipanggil oleh diri sendiri untuk menunjukkan kesopanan. Sedangkan nama gaya hanya digunakan oleh orang lain untuk menunjukkan rasa hormat.
Banyak orang juga memiliki nama samaran (Hao). Itu juga untuk orang lain untuk disapa, seperti nama gaya, tetapi dengan lebih hormat. Perbedaan lainnya adalah bahwa nama samaran itu dinamai oleh diri sendiri dan bukan oleh sesepuh yang dihormati.
Untuk nama keluarga, cukup menarik karena banyak kasus yang menunjukkan perubahan besar. Alasan utama perubahan nama keluarga antara lain karakter yang dianggap tabu, jatuhnya negara asal, atau mengikuti nama suami setelah menikah.
Sistem penamaan ini hanya berfungsi untuk orang berkebangsaan Han atau minoritas yang sudah menerima budaya Tionghoa.
Sistem penamaan Kaisar Tiongkok
Melihat sistem penamaan di atas, apakah nama Kaisar Tiongkok juga mengikuti aturan tersebut? Penamaan seorang Kaisar Tiongkok memiliki aturan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Tidak peduli apa etnisnya, semua kaisar memiliki nama lengkap setelah lahir. Tetapi karena mereka adalah kaisar, penggunaan karakter apa pun dari nama lengkap Kaisar Tiongkok dilarang secara nasional. Jadi rakyat tidak boleh menggunakan karakter yang sama dengan karakter nama Kaisar Tiongkok.
Kaisar Tiongkok memiliki beberapa kata khusus untuk menyebut diri mereka alih-alih nama depan.
Nama lengkap mereka sebagian besar ditulis dalam catatan sejarah tetapi tidak digunakan selama pemerintahan atau bahkan setelah mereka meninggal.
“Nama gaya biasanya dimiliki oleh kaisar pertama dari dinasti baru,” tulis Xiaocheng Chen di Bridging Eurasia. Dengan catatan, bila kaisar itu lahir di keluarga kelas menengah dan mendirikan dinasti setelah berusia 20 tahun.
Namun, nama gaya tidak akan digunakan lagi begitu ia menjadi seorang kaisar karena tidak ada yang berani. Lalu bagaimana orang memanggil atau menyapanya? Kata kaisar atau yang mulia digunakan sebagai pengganti namanya.
Dengan demikian nama gaya kaisar hilang dari generasi ke generasi. Bagi kaisar yang berasal dari minoritas, mereka tidak memiliki nama gaya sejak awal.
Adapun nama samaran, terutama dimiliki oleh para kaisar yang sangat mengabdikan diri pada dunia artistik.
Baca Juga: Jalan Berliku Istana Kekaisaran Tiongkok Dipamerkan untuk Publik
Baca Juga: Kisah dan Warisan Konfusius, Filsuf Terkenal dari Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Xiongnu, Kekaisaran Nomaden Pertama yang Multietnik di Stepa Mongolia
Baca Juga: Pengorbanan Manusia Dinasti Shang, Periode Kelam Kekaisaran Tiongkok
Empat gelar atau nama Kaisar Tiongkok
Nama lengkap, nama gaya, dan nama samaran tidak bisa disapa atau digunakan. Lalu bagaimana pejabat dan rakyat harus menyapa seorang Kaisar Tiongkok?
Seorang Kaisar Tiongkok biasanya memiliki empat gelar. Rakyat atau pejabat bisa memanggil atau menyapa kaisar dengan menggunakan salah satu dari empat gelar tersebut.
Gelar kehormatan
Penggunaannya dimulai sejak Dinasti Qin (221—207 Sebelum Masehi); dibentuk dan dikembangkan pada Dinasti Tang (618—Masehi). Hanya dapat ditujukan kepada kaisar dan permaisuri.
Gelar ini biasanya cukup panjang. “Setiap karakter memiliki makna baik yang berbeda,” tambah Chen. Gelar kehormatan dapat diberikan dan dialamatkan ketika kaisar masih hidup.
Gelar pemerintahan
Penggunaannya dimulai sejak pemerintahan Kaisar Wu dari Dinasti Han Barat (156—87 Sebelum Masehi). Setelah dia, setiap kaisar baru harus memiliki gelar pemerintahan baru saat naik takhta.
Gelar dapat diubah sewaktu-waktu ketika ada hal khusus yang terjadi. Maka tidak heran jika seorang kaisar dapat memiliki banyak gelar pemerintahan.
Hingga Dinasti Ming (1368—1644 Masehi), perubahan yang sering terjadi seperti ini telah dihentikan. Setiap kaisar hanya memiliki satu gelar untuk masa pemerintahannya. Gelar pemerintahan dapat digunakan saat kaisar masih hidup.
Gelar anumerta
Mulai digunakan di masa Dinasti Shang (1600—1046 Sebelum Masehi). Dihentikan oleh Dinasti Qin. Dimulai kembali di Dinasti Han.
Gelar ini diberikan oleh penerus setelah kematian kaisar menggunakan karakter yang tepat untuk mengevaluasi seluruh hidup kaisar.
Beberapa nama ditambahkan beberapa generasi kemudian. Awalnya nama sangat pendek, selalu memilih satu karakter untuk dibuat ringkasan.
Karakter yang berbeda menyiratkan makna tertentu. Evaluasi bisa baik, netral, atau buruk.
Mulai dari Dinasti Tang, gelarnya semakin lama semakin panjang. Pada Dinasti Song (960—1279 Masehi), evaluasi buruk dihentikan.
Tidak hanya kaisar dan permaisuri, sarjana, pertapa, dan pejabat tinggi juga dapat memiliki gelar semacam ini. Perbedaannya adalah gelar kaisar harus memiliki dua karakter Huangdi di bagian belakang, yang berarti kaisar.
Gelar kuil
Penggunaan gelar ini dimulai sejak Dinasti Shang dan berhenti di Dinasti Zhou dan Qin. Dinasti Han menggunakannya kembali.
Gelar ini selalu terdiri dari dua karakter yang diberikan oleh penerus. Gelar kuil diberikan setelah kematian kaisar ketika meletakkan tablet peringatan orang mati di Kuil Leluhur Kekaisaran.
Beberapa gelar diberikan atau ditambahkan oleh beberapa generasi kemudian. Biasanya, kaisar pertama dari dinasti baru disebut Tai Zu, Gao Zu atau Shi Zu.
Karakter terakhir selalu Zu yang berarti pendiri pertama. Bagi penerus, karakter terakhir selalu Zong yang artinya menjaga prestasi para pendahulu.
Tidak semua kaisar memiliki gelar ini sebelum Dinasti Sui (581—618 Masehi). Pada Dinasti Tang, gelar anumerta menjadi sangat panjang dengan banyak karakter yang bermakna bagus dan kehilangan fungsi evaluasi kehidupan.
Alhasil, gelar kuil justru menceritakan karakter yang digunakan sebelum Zu dan Zong.
Di antara keempat gelar ini, gelar kuil dan gelar anumerta adalah panggilan hormat kepada mantan kaisar. Gelar kuil ditempatkan di depan sedangkan gelar anumerta di belakang.
Contoh dari penggunaan nama dan beragam gelar bisa dilihat pada penamaan Kaisar Tai Zong (598—649 Masehi) dari Dinasti Tang. Ia dilahirkan dengan nama Li Shimin.
Gelar kehormatannya adalah Wen Wu Sheng Huangdi, gelar pemerintahan Zhenguan, gelar anumerta Wen Huangdi, dan gelar kuil Tai Zong. Sebagai kaisar kedua dari Dinasti Tang, gelar kuilnya diakhiri dengan Zong.
Di masa Kekaisaran Tiongkok, menggunakan nama pribadi kaisar adalah hal yang tabu. Ini merupakan masalah yang sangat serius di masa itu. Orang tidak diperbolehkan menggunakan karakter yang sama dari nama pribadi kaisar.
Jika ada karakter dalam nama seseorang yang sama dengan nama kaisar, orang harus mengubahnya.
“Untuk teks tertulis, biasanya menggunakan beberapa karakter lain untuk menggantikannya,” tambah Chen lagi. Jika tidak ada pilihan lain, maka seseorang harus menambah atau mengurangi satu goresan dari karakter aslinya, untuk menunjukkan perbedaannya.
Itulah sebabnya mengapa seorang Kaisar Tiongkok memiliki beberapa nama. Aturan pemberian gelar atau nama pun berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR