Sebaliknya, kuda yang mewakili nafsu berwarna hitam dan liar. Tubuhnya bengkok, gemuk, dan tidak berbentuk. Lehernya pendek dan tebal, wajahnya lebar, dengan mata kelabu yang merah dan bengkak.
Kuda hitam ini tuli terhadap perintah kusir dan tidak merespons cambukan. Ia cenderung pada kesombongan dan arogansi.
Dalam jiwa manusia yang lebih mendekati jiwa para dewa, kusir bisa mengangkat kepala untuk melihat kebenaran di balik langit.
Namun, kuda-kuda tidak selalu patuh. Kusir yang sibuk mengendalikan kereta sering kehilangan fokus dari apa yang mereka lihat. Jiwa-jiwa ini hanya bisa melihat sebagian besar kebenaran, tetapi tidak seluruhnya.
Pada beberapa jiwa manusia lainnya, kuda-kuda lebih sulit dikendalikan. Mereka tidak mendengar perintah kusir dan tidak bergerak selaras, malah menarik kereta ke bawah.
Kusir berusaha mengendalikan mereka dengan menarik tali kekang, tetapi hanya sesekali bisa mengalihkan pandangan ke arah kebenaran. Jiwa-jiwa ini hanya menangkap sedikit bagian kebenaran.
Akhirnya, beberapa jiwa manusia memiliki kuda yang sangat liar. Kuda-kuda ini meringkik, mengangkat kaki, dan bertabrakan satu sama lain, sementara kusir berjuang untuk tetap berdiri. Tidak peduli sekeras apa pun usaha mereka, kusir tidak mampu mengendalikan kereta.
Menurut Socrates, jiwa-jiwa ini terinjak-injak, saling menarik, sayap mereka hancur, dan mereka tidak pernah berhasil mendapatkan sedikitpun kebaikan.
Plato dan Jiwa
Teori jiwa Plato serupa dengan pandangan Socrates, tetapi Plato membaginya menjadi tiga bagian: nafsu, semangat, dan rasional.
Nafsu mengatur keinginan tubuh, seperti makan dan kebutuhan fisik lainnya.
Semangat berkaitan dengan hasrat emosional, seperti amarah akibat penghinaan atau keinginan untuk mendapatkan penghormatan.
Rasional adalah bagian jiwa yang mencari kebenaran dan menggunakan logika untuk berpikir.
Jiwa yang didominasi oleh nafsu menjadi tidak stabil karena setiap keinginan dapat mengambil alih kendali.
Jiwa yang dikuasai semangat lebih teratur, tetapi masih sulit sepenuhnya selaras karena emosi sering sulit dikendalikan.
Sebaliknya, jiwa yang dipimpin oleh rasional berada dalam keadaan harmonis dan adil. Jiwa ini memiliki hasrat dan emosi, tetapi dalam takaran yang sesuai dan diarahkan untuk tujuan yang logis.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR