Sejarawan Romawi Cornelius Nepos (110–25 SM) mencatat bahwa Pelabuhan Piraeus dibangun setelah Pertempuran Salamis.
Sebelum itu, orang Athena menggunakan pelabuhan Phaleron, yang kecil dan kurang nyaman. Sebaliknya, pelabuhan tiga bagian di Piraeus yang dibangun atas saran Themistocles, dilengkapi tembok pertahanan, dan menawarkan kemegahan yang setara dengan kota Athena, sekaligus lebih fungsional.
Plutarch juga menulis bahwa Themistocles membangun Pelabuhan Piraeus karena ia menyadari bentuk alami pelabuhannya sangat mendukung kegiatan maritim. Langkah ini, dalam beberapa hal, bertentangan dengan kebijakan para raja Athena di masa lalu.
Sebagai Archon, Themistocles bercita-cita memperkuat posisi Athena sebagai kekuatan maritim terkemuka.
Armada laut Athena berubah menjadi yang paling dominan di Laut Aegea. Pelabuhan Piraeus pun berkembang pesat sebagai pusat perdagangan, menjadikan Athena penguasa jalur perdagangan laut di kawasan tersebut.
Membangun Kekuatan Angkatan Laut Athena
Setelah kekalahan Persia dalam Pertempuran Marathon pada tahun 490 SM, Raja Xerxes mempersiapkan invasi kedua ke Yunani pada tahun 480 SM.
Saat ancaman ini semakin dekat, warga Athena meminta nasihat dari Oracle Delphi. Oracle meramalkan bahwa kota mereka akan diselamatkan oleh “dinding kayu.”
Ramalan ini membingungkan banyak orang, tetapi Themistocles berhasil memahami maksudnya. Ia meyakini bahwa “dinding kayu” merujuk pada kapal-kapal perang.
Dengan keyakinan ini, ia memindahkan pelabuhan utama dari Phaleron ke Piraeus dan memerintahkan pembangunan armada kapal.
Baca Juga: Kisah Alexandria, Kota Metropolitan Ikonik dalam Sejarah Yunani Kuno
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR