Nationalgeographic.co.id—Piraeus adalah pelabuhan paling penting dan strategis pada zaman Yunani kuno. Kisah Pelabuhan Piraeus terhubung dengan salah satu babak paling gemilang dalam sejarah Yunani kuno.
Pelabuhan Piraeus memiliki peran penting dalam pertempuran Laut Salamis dan pengusiran bangsa Persia yang menyelamatkan masa depan peradaban Barat.
Saat ini, Pelabuhan Piraeus adalah pusat tersibuk untuk penumpang dan kargo di Yunani serta pelabuhan terbesar kedua di Eropa (setelah Valencia), yang menghubungkan Athena dengan Laut Mediterania.
Sekitar 25 abad yang lalu, Piraeus bukanlah pelabuhan utama Athena. Namun, berkat salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Athena, hal ini berubah.
Jenderal Themistocles mendorong orang Athena untuk memindahkan pelabuhan utama dari Phaleron ke Piraeus yang memiliki tiga pelabuhan alami pada tahun 483 SM.
Hal ini dilakukan karena lokasinya yang lebih strategis jika invasi Persia kedua dilakukan melalui laut. Langkah strategis lainnya yang ia ambil adalah membangun Tembok Themistoclean, sebuah benteng panjang yang melindungi bagian tepi laut Piraeus.
Memindahkan Pelabuhan dari Phaleron ke Piraeus
Themistocles mengusulkan pemindahan pelabuhan utama Athena dari Phaleron ke Piraeus dengan alasan yang sangat meyakinkan.
Ia menjelaskan bahwa tanjung berbatu di dekat Pantai Phaleron menawarkan tiga pelabuhan alami yang cukup besar untuk menampung armada apa pun. Lokasi ini juga lebih mudah dibentengi dibandingkan dengan Phaleron.
Pelabuhan baru di Piraeus tidak hanya akan menjadi tempat aman bagi armada dagang Athena yang terus berkembang, tetapi juga berpotensi menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi Korinthos dan Aegina.
Para sejarawan modern masih memperdebatkan kapan tepatnya proyek ini dimulai. Beberapa berpendapat bahwa Themistocles memulainya saat menjabat sebagai Archon, sementara yang lain meyakini bahwa pembangunan baru dimulai sekitar tahun 483–479 SM.
Baca Juga: Bentrokan Dua 'Raksasa', Nasib Yunani Kuno di Era Pendudukan Romawi
Sejarawan Romawi Cornelius Nepos (110–25 SM) mencatat bahwa Pelabuhan Piraeus dibangun setelah Pertempuran Salamis.
Sebelum itu, orang Athena menggunakan pelabuhan Phaleron, yang kecil dan kurang nyaman. Sebaliknya, pelabuhan tiga bagian di Piraeus yang dibangun atas saran Themistocles, dilengkapi tembok pertahanan, dan menawarkan kemegahan yang setara dengan kota Athena, sekaligus lebih fungsional.
Plutarch juga menulis bahwa Themistocles membangun Pelabuhan Piraeus karena ia menyadari bentuk alami pelabuhannya sangat mendukung kegiatan maritim. Langkah ini, dalam beberapa hal, bertentangan dengan kebijakan para raja Athena di masa lalu.
Sebagai Archon, Themistocles bercita-cita memperkuat posisi Athena sebagai kekuatan maritim terkemuka.
Armada laut Athena berubah menjadi yang paling dominan di Laut Aegea. Pelabuhan Piraeus pun berkembang pesat sebagai pusat perdagangan, menjadikan Athena penguasa jalur perdagangan laut di kawasan tersebut.
Membangun Kekuatan Angkatan Laut Athena
Setelah kekalahan Persia dalam Pertempuran Marathon pada tahun 490 SM, Raja Xerxes mempersiapkan invasi kedua ke Yunani pada tahun 480 SM.
Saat ancaman ini semakin dekat, warga Athena meminta nasihat dari Oracle Delphi. Oracle meramalkan bahwa kota mereka akan diselamatkan oleh “dinding kayu.”
Ramalan ini membingungkan banyak orang, tetapi Themistocles berhasil memahami maksudnya. Ia meyakini bahwa “dinding kayu” merujuk pada kapal-kapal perang.
Dengan keyakinan ini, ia memindahkan pelabuhan utama dari Phaleron ke Piraeus dan memerintahkan pembangunan armada kapal.
Baca Juga: Kisah Alexandria, Kota Metropolitan Ikonik dalam Sejarah Yunani Kuno
Pada sekitar tahun 483 SM, sebelum invasi Persia dimulai, Themistocles mencoba meyakinkan rakyat Athena bahwa angkatan laut yang kuat akan menjadi kunci kemenangan.
Ia mengusulkan agar hasil tambang perak dari Laurium, yang saat itu menghasilkan pendapatan besar, digunakan untuk membangun armada kapal. Namun, banyak warga Athena ragu dan menolak usulan ini.
Untuk meyakinkan mereka, Themistocles menggunakan konflik lama antara Athena dan Aegina, sebuah negara kota yang berpihak pada Persia, sebagai alasan.
Ia menjelaskan bahwa armada kuat diperlukan untuk mengalahkan Aegina, meskipun tujuan utamanya sebenarnya adalah menghadapi invasi Persia yang semakin dekat.
Plutarch, dalam biografinya tentang Themistocles dalam Lives, menulis:
"Dahulu, orang Athena biasa membagi pendapatan dari tambang perak di Laurium di antara mereka. Namun, (Themistocles) satu-satunya yang berani mengusulkan agar pembagian itu dihentikan dan uangnya digunakan untuk membangun kapal trireme guna menghadapi Aegina, yang pada saat itu menguasai laut dengan armadanya yang besar."
Akhirnya, rakyat Athena setuju untuk menggunakan pendapatan dari tambang perak untuk membangun armada kapal. Keputusan ini terbukti bijak dan menjadi salah satu langkah strategis yang menyelamatkan Yunani dari invasi Persia.
Themistocles menunjukkan kejeniusan militernya, sebanding dengan visinya memindahkan pelabuhan Athena dari Phaleron ke Piraeus. Hal ini terbukti ketika armada Persia mulai bergerak menuju Athena.
Themistocles memahami bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan armada Persia yang besar adalah dengan memanfaatkan jumlah mereka sebagai kelemahan. Ia menyadari bahwa selat sempit di Salamis akan memaksa armada Persia untuk berpencar, sehingga memudahkan Yunani menyerang.
Dari posisi strategis ini, armada sekutu Yunani bisa menyerang dan menghancurkan armada Persia dengan efektif.
Menurut Herodotus, untuk mewujudkan rencananya, Themistocles mengirim seorang utusan secara rahasia kepada para komandan Persia.
Utusan ini berpura-pura sebagai pembelot dan mengabarkan bahwa armada Yunani sedang kacau dan ketakutan menghadapi kekuatan Persia yang besar. Ia mendesak Persia untuk segera menyerang.
Persia pun termakan tipu daya ini dan membawa armadanya ke selat Salamis. Di sana, armada sekutu Yunani telah menunggu mereka.
Pasukan Yunani berhasil memukul mundur armada Persia, menenggelamkan banyak kapal mereka, dan memaksa sisa armada mundur dengan penuh kekacauan.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR