Jadi, jika genetika bukanlah jawabannya, dari mana kemampuan yang menarik ini didapatkan?
Jawabannya adalah, semuanya bergantung pada cara kerja otak kita. Beberapa jalur saraf otak secara alami berada di bawah kendali kesadaran, sementara yang lain tidak.
Kita tahu bahwa otot-otot telinga dikendalikan oleh saraf wajah. Namun, pada kebanyakan orang, jalur saraf yang mengatur gerakan telinga tidak berada di bawah kendali kesadaran, sehingga gerakan tersebut mustahil dilakukan.
Sebuah studi kecil tahun 1995 yang melibatkan 204 pria dan 238 wanita menunjukkan bahwa jenis kelamin dapat memengaruhi kemampuan menggerakkan telinga.
Dalam studi tersebut, sekitar 22% peserta mampu menggerakkan satu telinga, sementara sekitar 18% dapat menggerakkan kedua telinga secara bersamaan.
Jumlah pria yang mampu menggerakkan kedua telinga secara bersamaan jauh lebih banyak daripada wanita. Namun, hingga saat ini, belum ada penelitian lebih lanjut yang dilakukan mengenai topik ini.
Manfaat Menggerakkan Telinga
Bagi hewan seperti anjing, kucing, dan monyet, kemampuan menggerakkan telinga membantu mereka melacak suara, yang sangat penting untuk mendeteksi predator atau mangsa.
Sementara bagi manusia, selama jutaan tahun, manusia berevolusi untuk tidak terlalu bergantung pada pendengaran untuk bertahan hidup.
Akibatnya, otot-otot telinga menjadi lebih lemah dan sekarang dianggap sebagai fitur vestigial, yakni sisa evolusi yang tidak lagi diperlukan tetapi belum sepenuhnya hilang.
Meski demikian, ahli saraf Jerome Maller dari Universitas Monash di Australia percaya bahwa menggerakkan telinga dapat digunakan untuk meningkatkan pemulihan pasca-stroke atau cedera otak traumatis.
Baca Juga: Tradisi Telinga Panjang Suku Dayak: Akankah Segera Punah?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR