Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda melihat orang-orang yang tidur sambil berjalan di film-film atau mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya?
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai tidur sambil berjalan serta penyebabnya, mari kita bahas persoalan ini dari sisi sains.
Tidur sambil berjalan lebih banyak terjadi pada anak-anak dan sering kali tidak lagi terjadi pada usia remaja. Namun, sekitar 1,5 persen orang dewasa pernah mengalami episode berjalan dalam tidur setelah masa kanak-kanak mereka. Meskipun jarang, beberapa orang juga mungkin baru mulai tidur sambil berjalan saat mereka dewasa.
Tidur sambil berjalan (somnambulisme) adalah gangguan tidur yang terjadi pada fase terdalam dari tidur nonrapid eye movement (NREM). Kondisi ini paling sering terjadi dalam 1 hingga 2 jam setelah tertidur.
Selama episode berjalan sambil tidur, Anda mungkin duduk, berjalan-jalan, dan bahkan melakukan aktivitas biasa yang semuanya dilakukan sambil tidur. Mata Anda terbuka, tetapi sebenarnya Anda masih dalam kondisi tidur lelap.
Orang yang berjalan sambil tidur biasanya tidak menanggapi saat seseorang mencoba menarik perhatiannya. Pandangan matanya mungkin kosong.
Menurut para ahli tidur, orang yang tidur sambil berjalan dapat melakukan aktivitas lain saat mereka dalam kondisi tidur sambil berjalan, termasuk makan, bicara, menyiapkan makanan, bahkan buang air kecil di sembarang tempat.
Sering kali, orang tidak ingat telah mengalami episode berjalan sambil tidur saat mereka bangun. Jika Anda membangunkan seseorang yang sedang berjalan sambil tidur, mereka mungkin juga bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Asosiasi Psikiater Amerika tidak menganggap tidur sambil berjalan sebagai suatu gangguan kecuali jika hal itu terjadi cukup sering hingga menyebabkan seseorang tertekan dan mengganggu kemampuannya untuk beraktivitas di siang hari.
Peneliti tidur telah mengidentifikasi beberapa kondisi kesehatan, aktivitas, dan zat yang diketahui memicu episode berjalan sambil tidur. Ada kemungkinan juga seseorang mewarisi kecenderungan untuk tidur sambil berjalan. Kebiasaan tidur sambil berjalan terkadang merupakan kebiasaan turun-temurun dalam keluarga.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyebab dari tidur sambil berjalan, marilah kita simak pembahasan berikut ini seperti dilansir dari Healthline:
Baca Juga: Sains di balik Sleepmaxxing, Tren Viral Mendapatkan Tidur Berkualitas
Stres
Satu studi ilmiah dari 193 pasien di klinik tidur menemukan bahwa salah satu pemicu utama episode tidur sambil berjalan adalah kejadian stres yang dialami di siang hari.
Jika Anda ingin mengurangi tingkat stres harian sehingga Anda dapat beristirahat di malam hari, Anda mungkin ingin mencoba teknik pengurangan stres, seperti berolahraga secara teratur, berlatih mindfulness (kesadaran), membatasi kafein, melakukan latihan pernafasan, serta mencoba yoga.
Kurang Tidur
Orang-orang yang tidak cukup tidur lebih rentan terhadap tidur sambil berjalan. Peneliti yang mempelajari pemindaian otak MRI pada orang dengan riwayat berjalan sambil tidur menemukan bahwa kurang tidur meningkatkan jumlah episode berjalan sambil tidur yang dialami orang.
Migrain
Jika menderita migrain kronis, Anda mungkin lebih rentan mengalami tidur sambil berjalan. Pada tahun 2015, sekelompok ilmuwan tidur mewawancarai 100 pasien yang rutin berjalan sambil tidur, dan menemukan hubungan yang kuat antara berjalan sambil tidur dan sakit kepala seumur hidup, khususnya migrain.
Demam
Berjalan sambil tidur telah dikaitkan dengan penyakit yang menyebabkan demam, terutama pada anak-anak.
Gangguan Pernapasan
Apnea tidur obstruktif adalah gangguan pernapasan yang menyebabkan Anda berhenti bernapas selama beberapa saat ketika tidur. Gangguan ini lebih dari sekadar mendengkur.
Baca Juga: Tips Sehat Sains: Cara Tidur Cukup Selama Bulan Puasa Menurut Dokter
Apnea tidur (sleep apnea) yang parah dapat menyebabkan kelelahan di siang hari, tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung.
Jika Anda menderita apnea tidur obstruktif yang parah, kemungkinan Anda mengalami tidur sambil berjalan adalah lebih tinggi daripada orang dengan apnea tidur ringan.
Ada juga laporan tentang tidur sambil berjalan di antara anak-anak yang menderita asma. Asma dapat menyebabkan kurang tidur, dan obat-obatan seperti montelukast telah memicu tidur sambil berjalan pada beberapa anak.
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
Jika Anda menderita GERD, isi lambung dapat naik kembali melalui kerongkongan, yang menyebabkan sensasi terbakar yang tidak nyaman. Bagi banyak orang, gejalanya lebih parah di malam hari.
Orang dengan GERD dan gangguan lambung lainnya lebih rentan terhadap berbagai jenis gangguan tidur, termasuk tidur sambil berjalan.
Karena GERD mengganggu tidur, hal itu dapat menyebabkan kelelahan jangka panjang, yang juga membuat Anda lebih rentan terhadap episode berjalan sambil tidur.
Baca Juga: Sains: Tidur Siang Tingkatkan Kemampuan Seseorang dalam Pecahkan Masalah
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR