Nationalgeographic.co.id—Saat Idulfitri, aneka camilan manis seperti kue kering, sirup, dan aneka hidangan penutup menjadi sajian favorit di banyak rumah.
Namun, di balik kenikmatannya, konsumsi makanan tinggi gula secara berlebihan dapat membawa berbagai risiko bagi kesehatan.
Para ahli percaya bahwa konsumsi gula berlebihan adalah salah satu dari banyak penyebab obesitas, selain faktor genetika, aktivitas fisik, dan status ekonomi.
Itulah sebabnya pedoman diet menyarankan untuk membatasi kalori dari gula tambahan hingga kurang dari 10 persen per hari.
Berikut adalah 11 alasan mengapa mengonsumsi terlalu banyak gula dapat membahayakan kesehatan Anda.
1. Meningkatkan Risiko Obesitas
Konsumsi gula berlebih, terutama dari minuman manis, dapat meningkatkan risiko obesitas. Fruktosa dalam minuman manis dapat meningkatkan rasa lapar dan mengganggu hormon leptin yang mengatur nafsu makan.
Hal ini membuat tubuh lebih mudah mengonsumsi kalori berlebih, yang dapat menyebabkan penumpukan lemak, terutama di area perut.
Penelitian juga menunjukkan bahwa minuman manis berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
2. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Diet tinggi gula dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yang merupakan penyebab kematian utama di dunia.
Baca Juga: Semarak Perayaan Idulfitri, dari Kekaisaran Ottoman Hingga Mesir Kuno
Konsumsi gula berlebih berkontribusi pada obesitas, peradangan, serta peningkatan kadar trigliserida, gula darah, dan tekanan darah—semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Minuman manis juga dikaitkan dengan aterosklerosis, yaitu penyumbatan arteri akibat penumpukan lemak, serta peningkatan risiko stroke. Hanya satu kaleng soda per hari sudah mendekati batas asupan gula harian yang direkomendasikan, meningkatkan kemungkinan komplikasi kardiovaskular.
3. Terkait dengan Jerawat
Diet tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis, dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami jerawat. Makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah dan insulin, yang memicu produksi minyak berlebih, peradangan, dan sekresi hormon androgen—semua faktor yang berperan dalam munculnya jerawat.
Penelitian menunjukkan bahwa diet rendah glikemik dapat mengurangi risiko jerawat, sedangkan diet tinggi glikemik justru memperburuknya.
Selain itu, masyarakat pedesaan yang mengonsumsi makanan alami dan minim olahan cenderung memiliki tingkat jerawat lebih rendah dibandingkan dengan populasi perkotaan yang mengonsumsi lebih banyak makanan olahan.
4. Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Konsumsi gula berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, meskipun belum ada penelitian yang membuktikan bahwa gula secara langsung menyebabkannya. Mengonsumsi gula dalam jumlah besar dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan peningkatan lemak tubuh, yang merupakan faktor risiko utama diabetes.
Selain itu, konsumsi gula dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi insulin, yang menghambat regulasi kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes. Studi juga menunjukkan bahwa orang yang rutin mengonsumsi minuman manis, termasuk soda dan jus buah 100%, lebih rentan terkena diabetes tipe 2.
5. Meningkatkan Risiko Kanker
Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kanker, terutama karena kaitannya dengan obesitas, peradangan, dan resistensi insulin.
Baca Juga: Kakh, Kue Khas Idulfitri di Mesir yang Berasal dari Zaman Firaun
Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa asupan gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker hingga 95%, sementara konsumsi minuman manis dapat meningkatkan risiko hingga 200%.
Beberapa penelitian juga mengaitkan gula dengan jenis kanker tertentu, seperti kanker prostat dan kanker esofagus. Meskipun hubungan ini masih diteliti lebih lanjut, mengurangi konsumsi gula dapat menjadi langkah pencegahan yang baik untuk kesehatan secara keseluruhan.
6. Meningkatkan Risiko Depresi
Konsumsi gula yang tinggi dapat berkontribusi pada perubahan suasana hati dan meningkatkan risiko depresi. Penelitian menunjukkan bahwa gula dapat memicu peradangan kronis, resistensi insulin, serta gangguan sistem dopamin yang berperan dalam regulasi emosi.
Sebuah studi pada 8.000 orang menemukan bahwa pria yang mengonsumsi lebih dari 67 gram gula per hari memiliki risiko depresi 23% lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari 40 gram.
Studi lain pada lebih dari 69.000 wanita juga menunjukkan bahwa asupan gula yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan risiko depresi secara signifikan.
7. Mempercepat Proses Penuaan
Konsumsi gula yang tinggi dapat mempercepat proses penuaan kulit dengan meningkatkan produksi advanced glycation end products (AGEs), yaitu senyawa yang terbentuk dari reaksi antara gula dan protein dalam tubuh.
AGEs dapat merusak kolagen dan elastin, dua protein penting yang menjaga kekenyalan dan elastisitas kulit. Ketika kolagen dan elastin melemah, kulit menjadi kendur dan muncul lebih banyak kerutan.
Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, pola makan tinggi gula dan karbohidrat olahan diduga berkontribusi pada penuaan dini kulit.
8. Mempercepat Penuaan Sel
Telomer adalah struktur pelindung di ujung kromosom yang berperan dalam menjaga kestabilan informasi genetik. Seiring bertambahnya usia, telomer secara alami memendek, menyebabkan penuaan dan penurunan fungsi sel.
Konsumsi gula yang tinggi dapat mempercepat pemendekan telomer, yang pada akhirnya mempercepat penuaan sel.
Sebuah studi kecil pada anak usia prasekolah menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis berkorelasi dengan panjang telomer yang lebih pendek, menandakan penuaan sel yang lebih cepat.
9. Menguras Energi
Makanan tinggi gula dapat meningkatkan kadar gula darah dan insulin dengan cepat, memberikan dorongan energi sementara. Namun, lonjakan ini sering kali diikuti oleh penurunan drastis kadar gula darah, yang dikenal sebagai "sugar crash," menyebabkan rasa lelah dan kurang fokus.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula dapat menurunkan kewaspadaan dalam satu jam setelah dikonsumsi dan meningkatkan rasa lelah dalam 30 menit.
Untuk menjaga energi tetap stabil, pilih sumber karbohidrat yang kaya serat dan rendah gula, serta kombinasikan dengan protein atau lemak sehat, seperti apel dengan segenggam almond.
10. Dapat Menyebabkan Perlemakan Hati
Asupan fruktosa yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit perlemakan hati non-alkohol (NAFLD). Fruktosa, yang banyak ditemukan dalam sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS), hampir seluruhnya diolah oleh hati.
Jika dikonsumsi berlebihan, fruktosa akan diubah menjadi lemak, menyebabkan penumpukan lemak berlebih di hati.
Sebuah studi menemukan bahwa konsumsi minuman manis setiap hari dapat meningkatkan risiko NAFLD hingga 56% dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya.
11. Risiko Kesehatan Lainnya
Selain risiko-risiko di atas, konsumsi gula berlebih juga dapat:
Meningkatkan risiko penyakit ginjal, karena fruktosa dapat meningkatkan kadar asam urat dan merusak pembuluh darah halus di ginjal.
Merusak kesehatan gigi, karena bakteri di mulut memfermentasi gula dan menghasilkan asam yang merusak enamel gigi, menyebabkan gigi berlubang.
Memicu asam urat (gout), akibat peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Mempercepat penurunan fungsi kognitif, yang dikaitkan dengan risiko demensia, Alzheimer, dan stroke.
Penelitian mengenai dampak konsumsi gula terhadap kesehatan terus berkembang, dan semakin banyak bukti yang menunjukkan efek negatifnya bagi tubuh.
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR