Jam sirkadian menentukan siklus tidur dan terjaga selama 24 jam, dipandu oleh isyarat eksternal seperti terang dan gelap. Di sisi lain, homeostasis tidur didorong oleh tekanan internal yang terbentuk saat Anda terjaga dan berkurang saat Anda tertidur.
Ada variasi dalam pola-pola ini. “Kita selalu tahu bahwa ada orang yang suka bangun pagi dan orang yang suka begadang. Tapi kebanyakan orang berada di antara keduanya. Kita selalu tahu ada orang yang tidurnya pendek dan tidurnya panjang, tetapi kebanyakan orang termasuk di antara keduanya,” kata Ptáček.
“Mereka sudah ada di luar sana, tetapi alasan mereka tidak dikenali adalah karena orang-orang ini umumnya tidak pergi ke dokter.”
Hal tersebut berubah ketika Ptáček dan rekannya Ying-Hui Fu, ahli genetika manusia dan saraf di Universitas California, diperkenalkan kepada seorang wanita. Wanita tersebut merasa bahwa jadwal tidur awal adalah kutukan. Wanita itu terbangun secara alami di dini hari, saat cuaca dingin, gelap, dan sepi. Cucu perempuannya mewarisi kebiasaan tidur yang sama.
Fu tertarik pada sebuah keluarga yang tidak sesuai dengan pola tidur pada umumnya. Anggota keluarga ini bangun pagi-pagi tetapi tidak tidur lebih awal. Dan mereka merasa segar setelah hanya tidur sekitar 6 jam.
Mereka adalah orang-orang pertama yang diidentifikasi memiliki waktu tidur keluarga yang pendek secara alami. Kondisi ini diturunkan dalam keluarga seperti sifat genetik lainnya. Fu dan Ptáček menelusuri tidur singkat mereka akibat mutasi pada gen yang disebut DEC2.
Peneliti kemudian merekayasa genetika mutasi DEC2 pada tikus. Hasilnya memperlihatkan bahwa hewan tersebut memerlukan lebih sedikit tidur dibanding rekan-rekannya. Mereka menemukan bahwa salah satu tugas gen tersebut adalah membantu mengendalikan kadar hormon otak yang disebut orexin, yang meningkatkan kewaspadaan.
Menariknya, kekurangan orexin merupakan penyebab utama narkolepsi, gangguan tidur yang ditandai dengan episode kantuk berlebihan di siang hari. Namun, pada orang dengan waktu tidur pendek, produksi orexin tampaknya meningkat.
Seiring berjalannya waktu, tim mengidentifikasi tujuh gen yang berhubungan dengan kurang tidurnya waktu secara alami. Dalam sebuah keluarga dengan tiga generasi yang tidurnya pendek, peneliti menemukan mutasi pada gen yang disebut ADRB1. Gen ini sangat aktif di wilayah batang otak, pons dorsal, yang terlibat dalam pengaturan tidur.
Ilmuwan menggunakan teknik untuk menstimulasi wilayah otak tersebut pada tikus dan membangunkan tikus dari tidurnya. tikus dengan mutasi ADRB1 terbangun lebih mudah dan tetap terjaga lebih lama.
Pada sepasang ayah dan anak yang tidurnya pendek, peneliti mengidentifikasi mutasi pada gen lain, NPSR1, yang terlibat dalam pengaturan siklus tidur-bangun.
Baca Juga: Tips Sehat Sains: Cara Tidur Cukup Selama Bulan Puasa Menurut Dokter
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR