OLVEH bukanlah perusahaan auransi pertama yang berbisnis di Hindia Belanda, bukan pula yang terbesar. Perusahaan asuransi pertama dan terbesar di Hindia Belanda adalah Nederlandsch Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ), yang berdiri pada 1859. Namun kesendirian NILLMIJ berakhir pada 1883, ketika pemerintah Hindia Belanda membuka keran bagi asuransi swasta asing untuk berekspansi di Nusantara.
Baca Juga : Makan Pelan-pelan Bisa Membuat Cepat Kenyang dan Turunkan Berat Badan
Perusahaan asuransi OLVEH tamat riwayatnya lantaran dilibas kebijakan nasionalisasi pada 1959. Pada masa itu pemerintah membentuk Badan Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Belanda di Indonesia. OLVEH dan beberapa perusahaan asuransi milik Belanda lainnya beralih status sebagai Perusahaan Negara Asuransi Eka Sedjahtera pada 1961, dan berganti Djasa Sedjahtera pada 1965. Setahun kemudian, lagi-lagi namanya berganti Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja. Namun, sejak 1984 statusnya beralih menjelma PerseroanTerbatas Jiwasraya. Kabarnya, sejak krisis moneter dan politik mengguncang Indonesia dan Asia Tenggara pada 1998, gedung ini telah ditinggalkan penghuninya.
“Old building, new idea,” ujar Lin Che Wei. Harapannya, gedung tua tidak hanya sebagai galeri atau museum, tetapi juga sebagai kantor. “Selama jiwanya tetap ada, gedung ini akan hidup kembali.”
Selepas pemugaran dan pelestarian yang diprakarsai oleh Lin Che Wei bersama Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) dan konsultan arsitektur Bhirawa Architects, kini Gedung OLVEH menjumpai babak baru dalam takdirnya.
“Gedung ini sebenarnya adalah testimoni kita akan ancaman,” ujar Che Wei. “Permukaan tanah dinaikkan satu senti demi satu senti, namun kita tak sadar.” Selain mengingatkan soal petaka banjir, gedung ini juga mengingatkan warga soal kemacetan lalu lintas, transportasi publik yang belum memadai, kurangnya keamanan, dan terbatasnya lahan parkir.
"Kalau datang ke gedung ini naik kereta atau naik busway, Anda akan nyaman," ujarnya. "Kalau Anda datang dengan naik mobil, Anda akan kerepotan."
Pelestarian tidak berhenti pada pemugaran, melainkan berlanjut dalam upaya mengembalikannya sebagai bagian dari komunitas dan kawasan Kota Tua dengan fungsi barunya. OLVEH memang bukan lagi sebagai gedung asuransi zaman Hindia Belanda, melainkan gedung yang terlahir kembali dengan semangat dan harapan baru untuk Jakarta.
OLVEH memang bukan lagi sebagai gedung asuransi zaman Hindia Belanda, melainkan gedung yang terlahir kembali dengan semangat dan harapan baru untuk Jakarta.
“Old building, new idea,” ujar Che Wei yang menyewa gedung ini sebagai salah satu kantor miliknya, Sarasvati Art and Communication and Publication. Dia berupaya menggunakan kembali gedung-gedung tua. Harapannya, gedung tua tidak hanya sebagai galeri atau museum, tetapi juga sebagai kantor. Sebagai bekas gedung perusahaan asuransi, dia berharap OLVEH memiliki jiwa yang memberikan rasa aman kepada warga kota—dan tentu para karyawannya yang berkantor di sana.
“Selama jiwanya tetap ada, gedung ini akan hidup kembali.” Gedung ini adalah keajaiban, kata Che We. Dia berharap bisa mendedikasikan bangunan ini untuk mendorong studi tentang petaka yang mengancam Jakarta, desain arsitektur, seni, sejarah dan pusaka Jakarta.
“Pada pagi hari OLVEH akan menjadi office, siang hari menjadi tempat pameran seni dan lecturing room. Pada malam hari menjadi party room,” demikian angannya sembari setengah berkelakar.
Memecahkan Misteri Kode-kode
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR